GUDANG ILMU thondynet

Senin, 18 Juli 2011

MEMBANGUN KARAKTER




MEMBANGUN KARAKTER
Para ekonom mengemukakan teori rational choice. Menurut teori ini, korupsi terjadi jika manfaat melakukan korupsi lebih besar di bandingkan risikonya. Karena itu korupsi bisa dikurangi dengan cara menurunkan manfaatnya dan memperbesar riaikonya..
Namun teori ini sangat mudah dipatahkan.Seperti yang dikemuknan maslow,kebutuhan manusia itu tak ada batasannyaOrang bukan hanya membutuhkan hal-hal pokok, tapi juga prestise dan harga diri. San seringkali ini dikaiktak dengan konsep memiliki banyak mungkin harta benda. Artinya semakin banyak memiliki semakin tinggi harga diri kita.

Argumen kedua mengenai peningkatan risiko korupsi memang valid. Namun efektivitasnya hanya bersifat tempoper.Sistem pengawasan hanya akan menciptakan shock terapby dan ketakutan sementara. Tapi jangan lupa, setiap sisitem selalu memiliki lubang-lubang yang cepat atau lambat pasti ditemukan. Orang selalu lebih lihai dan mampu mengakali sisitem itu.

Membangun sisitem memang merupakan keharusan tetapi ini adalah pengembangan SDM yang paling primitif. Orang mungkin tidak lagi melakukan korupsi, jadi ada perubahan perilaku.(behavioral change).Tapi sifatnya semu karena mental orang itu sendiri belum berubah. Mereka hanya takut hukumannya. Inilah efek pendekatan reward-punisment dari teori reinforcement.

Pendekatan seperti pendekatan Outside-in. Inilah ciri pendekatan hukumPendekatan SDM justru bersifat sebaliknya, yaitu Inside-out. Jadi kalaulah hukummembangun sistemnya, SDM membangun karakter manusianya. Pada dasarnya ini membangun sistm juga, tetapi system ini lebih kuat karena terinternalisasi dalam diri indivisu itu sendiri.

Pendekatan hukum dan SDM sebenarnya saling melengkapi, tapi kalau membicarakan korupsi orang langsung menuding kelemahan sisitem hukum sebagai penyebabnya.Jadi seolah-olah penyebab utamanya ada dalam siri kita sendiri. Inilah yang menjadi perhatian pendekatan SDM seperti disimpulkan Ahli Oliver Wendell Holmes” what lies behind us and what lies before us are tiny matter compared to what lies withbin us” Apa yang ada dalam diri kita inilah yang disebut dengan karakter.

Namun membangun karekter jelas bukan pekerjaan sederhana. Ia membutuhkan proses yang lama . Karakter adalah rangkaian kebiasaaan kita sendiri. “ sow a habit reap a character”, demikian kata pepatah. Kebiasaan itu sendiri seperti benang yang kita tenun setiap hari sehingga menjadi sulit untuk dihentikan. Mengubah kebiasaan dan membangun karaktr membutuhkan proses dan komitmen yang luar biasa.

Orang yang berkarakter adalah orang yang senantiasa digerakan oleh nilai-nilai kemanusian seperti integeritas, kerendahan hati, kesetiaan, pengendalian diri, keberanian , kesabaran, kerajinan, kesederhanandan sebagainya. Ini bedanya dengan orang yang tak berkarater yang hidupnya dikendalikan oleh kepentingnnya. Orang yang berkaraker tidak melakukan korupsi karena takut akan risikonya tapi semata-mata kerena tak ingin mengambil sesuatu yang bukan haknya.

Membangun karakter seharusnya menjadi agenda penting dala pembangunan di berbagai sector, tak terkecuali dalam bisnis. Bisnis yang benar adalah bisnis yang dilandasi oleh nilai-nilai yang luhur, dan untuk itu diperlukan manusia-manusia yang berkarakter yaitu orang-orang yang bukan hanya mampu dan kompeten dalam mengelola bisnis tetapi juga memiliki kejujuran, integritas, pengendalian diri dan sebagainya.

Sayangnya masih banyak bisnis yang lebih mengutamakan penampilan luar ketimbang karakter. Pelatihan-pelatihan yang di kembangkan dalam bisnis banyak yang memusatkan perhatian pada penampilan dan melatih teknik –teknik komunikasi, hubungan antar manusia, perundingan dan sebagainya. Hal-hal ini tetunya amat penting dalam berbisnis. Tapi memfokuskan diri pada teknik tandapa mendalami karakter akan menghasilkan kerugian jangka panjang. Salah satunya adalah karena pendekatan teknik memiliki kecendrungan manipulatif seperti menggunakan cara-cara tertentu untuk menarik perhatian karena menyajkan resep perubahan total dalam waktu singkat. Membangun karakter seringkali kurang terlihat kurang menarik karena membutuhkan waktu dan proses yang lebih panjang. Walaupun demikian dampak yang diihasilkannya bersifat lebih langgeng dan berjangka panjang.

Membangun karakter adalah kunci menyelesaikan berbagai persoalan mendasar di berbagai bidang. Inilah init pendekatan SDM yang membangun sisitem didalam manusianya sendiri (built-in). Saya teringat pada jargon”wasakat”(PENGAWASAN MELEKAT) yaitu pengawasan langsung terhadap bawahannya konsep ini terbukti tidak efektif dan sangat rawan dengan win-win collution.
Tapi sebenarnya PENGAWASAN MELEKAT yang sebenarnya adalah bagaimana setiap orang mengawasi dirinya sendiri agar tidak menyalahgunakan kekuasaan yang dimilikinya.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda